SISTEM REPRODUKSI IKAN
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : ROMI ANDRIAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di sektor
perikanan mengacu kepada pembangunan Nasional yang di selaraskan dengan kondisi
wilayah dengan tidak lepas dari kebijakan pemerintah daerah dalam mendukung
konsep untuk meningkatkan daya tahan ke daerahan atas dasar kekuatan sendiri.
Perairan tawar Indonesia sebagai perairan tropis, memiliki plasma nuftah
perikanan yang sangat banyak. Spesies ikan air tawar sangat beragam, ada yang
berukuran besar dan ada yang berukuran kecil. Sebagian diantaranya dapat
dijadikan ikan hias dan sebagian lagi dijadikan ikan konsumsi, terutama ikan
yang berukuran besar.
Kalimantan Tengah pada umumnya
dan Kabupaten Seruyan pada khususnya memiliki potensi yang sangat besar
dibidang perikanan sehingga dengan potensi yang dimiliki ini dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
tersebut dengan semaksimal mungkin, baik itu untuk perikanan budidaya maupun
perikanan tangkap. Upaya yang dilakukan untuk menuju kesejahteraan tersebut
diatas, salah satunya adalah dengan perencanaan pengembangan kawasan sentra
produksi unggulan yang merupakan ruang untuk sektor – sektor strategis yang
diharapkan dapat mendorong percepatan hasil produksi perikanan dengan
perkembangan wilayah. Sektor budidaya merupakan salah satu alternatif dalam
pengembangan wilayah tersebut, sehingga dapat memperoleh hasil yang benar –
benar maksimal. Perkembangan usaha budidaya ikan semakin hari dirasakan semakin
meningkat. Hal ini memang sudah sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi.
Sebagaimana ilmu – ilmu
terapan yang lain, pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat ditentukan
oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi. Fisiologi sebagai
salah satu cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan
dapat lebih mudah dipahami bila organisme dan fungsi sel diketahui, dimana
salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah reproduksi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah untuk mengetahui sistem reproduksi ikan dan proses reproduksinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan
Anonim (2006), ikan adalah
hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang
dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana
tempat mereka tinggal.Yushinta Fujaya (2004), ikan sebagai hewan air memiliki beberapa
mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat
menyebabkan perkembangan organ – organ ikan disesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Misalnya, sebagai hewan yang hidup di air, baik itu perairan tawar
maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus dapatmengetahui kekuatan maupun
arah arus, karenanya ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linea
lateral.
2.2 Teknologi
Budidaya
Menurut Irzal Effendi (2010),
sistem teknologi akuakultur didefinisikan sebagai wadah produsi beserta
komponen lainnya dan teknologi yang diterapkan pada wadah tersebut serta
bekerja secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan akuakultur. Sedikitnya
terdapat 13 sistem akuakultur yang sudah diusahakan untuk memproduksi ikan.
Sistem tersebut adalah kolam air tenang, kolam air deras, tambak, jaring apung,
jarring tancap, karamba, kombongan, penculture, enclosure, longline, rakit,
bak-tangki-akuarium, dan ranching (restocking).
Menurut Khairul Amri, et al
(2008) ada 4 (empat) cara pembenihan tawes yang biasa dilakukan, yaitu
pembenihan secara tradisional, cara tradisional yang diperbaiki, cara
hypofisasi (kawin suntik), dan pemijahan ala cangkringan.
2.3 Reproduksi
Yushinta Fujaya (2004),
reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya
untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi
maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan
membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru.
Menurut Anonim (2006),
meskipun tidak semua individu mampu menghasilkan keturunan, namun setidaknya
reproduksi berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup di permukaan
bumi ini. Tingkah laku reproduksi pada ikan
merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan teratur. Kebanyakan ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka
memulainya maka hal itu akan berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan
malahan bisa bereproduksi lebih dari satu kali dalam satu tahun.
Menurut Anne Ahira (2011), cara reproduksi ikan ada
antara lain :
1. Ovipar, yaitu sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan
berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya.
2. Vivipar, kandungan kuning telur
sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan
placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa.
3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio
berkembang di dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk
dewasa. Contoh : ikan-ikan livebearers.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Seksualitas
Secara umum ikan dapat
dibedakan atas dua jenis yaitu jantan dan betina (biseksual/dioecious) dimana
sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Istilah lain untuk keadaan
ini disebut gonokhoristik yang terdiri atas dua kelompok yaitu :
1. Kelompok yang tidak berdiferensiasi,
artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad belum dapat diidentifikasi apakah
berkelamin jantan atau betina.
2. Kelompok yang berdiferensiasi,
artinya sejak juvenil sudah tampak jenis kelaminnya apakah jantan atau betina.
Selain gonokhoristik, dikenal
pula istilah hermafrodit yang artinya di dalam tubuh individu ditemukan dua
jenis gonad (jantan dan betina). Bila kedua jenis gonad ini berkembang secara
serentak dan mampu berfungsi, keduanya dapat matang bersamaan atau bergantian
maka jenis hermafrodit ini disebut hermafrodit sinkroni. Contoh ikan yang
bersifat seperti ini adalah Serranus cabrilla, Serranus subligerius dan Hepatus
hepatus. Ikan yang termasuk golongan ini adalah Sparrus auratus dan Pagellus
centrodontus. Bila pada awalnya berkelamin jantan namun semakin tua akan
berubah kelamin menjadi betina maka disebut sebagai hermafrodit protandri.
Sedangkan hermafrodit protogini adalah istilah untuk individu yang pada awalnya
berkelamin betina, namun semakin tua akan berubah menjadi kelamin jantan
seperti dijumpai pada ikan belut, Fluta alba.
Perbedaan seksualitas pada
ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri seksual pada ikan terbagi
atas ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri seksual primer adalah
alat/organ yang berhubungan dengan proses reproduksi secara langsung. Ciri tersebut meliputi testes dan salurannya pada ikan jantan serta ovarium
dan salurannya pada ikan betina. Ciri seksual primer sering memerlukan
pembedahan untuk melihat perbedaannya. Hal ini membuat ciri seksual sekunder
lebih berguna dalam membedakan jantan dan betina meskipun kadangkala juga tidak
memberikan hasil yang nyata.
Ciri seksual sekunder terdiri atas dua jenis yaitu
yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan reproduksi secara keseluruhan,
dan merupakan alat tambahan pada pemijahan. Bentuk tubuh ikan merupakan ciri
seksual sekunder yang penting. Biasanya ikan betina lebih buncit dibandingkan
ikan jantan, terutama ketika ikan tersebut telah matang atau mendekati saat
pemijahan (spawning). Hal tersebut disebabkan karena produk seksual yang
dikandungnya relatif besar. Pada saat puncak pemijahan, tampak pada banyak ikan
jantan suatu benjolan yang timbul tepat sebelum musim pemijahan dan menghilang
sesaat setelah pemijahan. Contoh kejadian seperti ini dapat dilihat pada ikan
minnow (Osmerus). Ada juga ikan yang memiliki sirip ekor bagian bawah yang
memanjang pada ikan jantan Xiphophorus helleri, sirip ekor yang membesar
dijumpai pada ikan Catostomus commersoni. Contoh yang sangat ekstrim dijumpai
pada ikan anglerfish (Ceratias) dimana ikan jantan jauh lebih kecil daripada
ikan betinanya. Sebegitu kecilnya sehingga ukurannya lebih kecil daripada
ovarium ikan betina yang matang.
Ciri seksual sekunder tambahan yang mencirikan ikan
jantan pada beberapa spesies, dalam hal ini sirip anal berkembang menjadi alat
kopulasi (intromittent). Gonopodium terdapat pada ikan Gambusia affinis,
Lobistes reticulatus dan ikan-ikan famili Poeciliidae. Pada ikan Xenodexia,
modifikasi sirip dada digunakan dalam perkawinan untuk memegang gonopodium pada
kedudukannya sehingga memudahkan masuk ke dalam oviduct betina. Pada Chimaera
jantan berkembang suatu organ clasper di bagian atas kepalanya yang dinamakan
ovipositor yang berfungsi sebagai alat penyalur telur. Bentuk seperti ini
dijumpai pada ikan Rhodeus amarus dan Carreproctus betina.
Pewarnaan pada ikan sering juga digunakan sebagai
pengenal seksualitas. Umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cemerlang
daripada ikan betina. Pada ikan sunfish, Lepomis humilis, jantannya mempunyai
bintik jingga yang lebih terang dan lebih banyak dibandingkan betinanya.
3.2 Perkembangan gamet jantan
Alat kelamin jantan meliputi kelenjar kelamin dan
saluran-salurannya. Kelenjar kelamin jantan disebut testis. Pembungkus
testikular yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan jaringan-jaringan
testis, membentuk batasan-batasan lobular yang mengelilingi germinal
epithelium. Spermatozoa dihasilkan dalam lobule yang dikelilingi sel-sel
sertoli yang mempunyai fungsi nutritif.
Saluran sperma terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama berbatasan dengan testis, berguna untuk membuka lobule
(juxta-testicular part) dan bagian lainnya adalah saluran sederhana yang
menghubungkan bagian posterior testis ke genital papilla. Pada beberapa ikan,
misalnya ikan salmon, tidak memiliki kantung seminal, tetapi pada bagian luar
saluran sperma terdapat sel-sel yang berfungsi mengatur komposisi ion-ion
cairan seminal dan mensekresi hormon.
Perkembangan gamet jantan dari spermatogonium
menjadi spermatozoa melalui dua tahap, yaitu spermatogenesis dan
spermiogenesis. Spermatogenesis adalah tahap perkembangan spermatogonium
menjadi spermatid. Sedangkan spermiogenesis adalah metamorfosis spermatid
menjadi spermatozoa. Awal spermatogenesis ditandai dengan berkembangbiaknya
spermatogonia beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap
spermatosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis, yang dimulai dengan
kromosom berpasangan, yang diikuti dengan duplikasi membentuk tetraploid (4n).
Satu spermatosit sekunder diploid membelah diri menjadi dua spermatid haploid
(n).
Proses spermiasi berhubungan dengan pelepasan
spermatozoa dari lumen lobulus masuk ke dalam saluran sperma. Pelepasan ini
mungkin disebabkan oleh kenaikan tekanan hidrostatik ke dalam lobule untuk
mengeluarkan cairan-cairan oleh sel-sel sertoli di bawah rangsangan
gonadotropin. Spermatozoa kemudian didorong ke dalam sistem pengeluaran, di
sini akan bercampur dengan cairan sperma.
Perangsangan perkembangan sperma tidak terlepas
dari peran serta hormon androgen, yaitu testosteron. Sedangkan testosteron yang
memegang peranan utama pada spermatogenesis dan spermiasi adalah
ketotestosteron. Ketotestosteron selanjutnya akan merangsang sel-sel sertoli
sehingga aktif menstimulasi pembelahan mitosis spermatogonia dan menyempurnakan
spermatogenesis.
3.3 Perkembangan gamet betina
Perkembangan gamet betina atau disebut juga
oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis diawali dengan perkembangbiakan
oogonium beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap oosit
primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan
polar body I melalui proses meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosit dan
polar body II.
Oogenesis adalah proses kompleks yang secara
keseluruhan merupakan pengumpulan kuning telur. Secara substansial, kuning
telur terdiri atas tiga bentuk yaitu : kantung kuning telur (yolk vesicle),
butiran kuning telur (yolk globule) dan tetesan minyak (oil droplet).Kantung kuning telur berisi glikoprotein dan pada perkembangan selanjutnya,
menjadi kortikal alveoli. Butir-butir kuning telur terdiri atas lipoprotein,
karbohidrat dan karoten. Oil droplet secara umum terdiri atas gliserol dan sejumlah
kecil kolesterol.
Perkembangan telur ikan secara umum meliputi empat
tahap, yaitu awal pertumbuhan, tahap pembentukan kantung kuning telur, tahap
vitelogenesis dan tahap pematangan. Pertumbuhan awal adalah terjadinya
pelepasan hormon gonadotropin yang dicirikan dengan bertambahnya ukuran nukleus
dan jumlah nukleolus. Sejumlah besar dari RNA disimpan dalam sitoplasma sel
telur sebagai bekal bagi embrio untuk menghasilkan protein dari dirinya sebagai
cadangan.
Tahap pembentukan kantung telur dicirikan dengan
terbentuknya kantung atau vesikel. Pada perkembangan telur selanjutnya, kantung
kuning telur ini akan membentuk kortikal alveoli yang berisi butir-butir
korteks. Tahap ini juga dicirikan dengan terbentuknya zona radiata,
perkembangan ekstraseluler dan bakal korion.
Vitelogenesis dicirikan oleh bertambah banyaknya
volume sitoplasma yang berasal dari luar sel, yaitu kuning telur atau disebut
juga vitelogenin. Vitelogenin ini disintesis oleh hati dalam bentuk
lipophosphoprotein-calcium kompleks dan hasil mobilisasi lipid dari lemak
visceral. Selanjutnya kuning telur dibawa oleh darah dan ditransfer ke dalam
sel telur secara endositosis.
Selama proses vitelogenesis terjadi penambahan
ketebalan pada zona radiata, sel-sel granulosa dan theca. Sel-sel theca
bertanggung jawab dalam sintesis 17 -hydroxyprogesterone dan testosteron yang
oleh sel-sel granulosa diubah menjadi 17 , 20 -dihydroxy-4-pregnen-3-3-one
(17,20-p dan estradiol-17 ). Sirkulasi estradiol-17 mengatur pengembangan
beberapa gen vitelogenin dalam hepatosit yang selanjutnya menghasilkan protein
vitelogenin.
Tahap akhir perkembangan telur adalah tahap
pematangan, yakni setiap tahap pergerakan germinal vesicle ke tepi dan akhirnya
melebur (germinal vesicle breakdown) yang selanjutnya membentuk pronuklei dan
polar body II.
Proses ovulasi terjadi dengan cepat setelah telur
mengalami pematangan dan mengakibatkan pecahnya dinding folikel, pada waktu
bersamaan sel-sel mikrofil yang menutupi lubang mikrofil berpisah sehingga
spermatozoa dapat menembus korion setelah telur dikeluarkan (oviposition).
Pecahnya dinding folikel ini diduga disebabkan oleh pengaruh hormon
prostaglandin. Prostaglandin mungkin merupakan mediator aksi gonadotropin
terhadap ovulasi atau pecahnya dinding folikel.
Saat pertama ikan mempunyai kemampuan bereproduksi
(kematangan seksual) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Terdapat perbedaan
kematangan seksual antara masing-masing spesies pada umur dan ukuran yang
berbeda. Secara umum ikan-ikan mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka hidup
pendek, akan mencapai kedewasaannya pada umur yang lebih muda daripada ikan
yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar. Ikan Lebistes dan Gambusia affinis
mencapai kematangan seksual pada umur kurang dari satu tahun pada panjang
kurang dari 2,5 cm. Banyak ikan yang mencapai kedewasaan pada umur satu tahun.
Tetapi banyak pula spesies ikan yang mencapai kematangan seksual pertama kali
pada umur dua sampai lima tahun, dengan panjang 3 sampai 12 inci bahkan lebih.
Yang termasuk kelompok ikan ini adalah ikan trout (Salmo), blackbass
(Micropterus) dan sunfishes (Lepomis).Sementara ikan
sidat (Anguilla) mencapai kematangan seksual pada umur 10-13 tahun dengan
panjang lebih dari 60-100 cm. Ikan sturgeons baru mencapai kematangan pada umur
15 tahun atau lebih dengan panjang satu meter.
Bilamana ikan sudah dewasa secara seksual, produk
seksual akan matang dan kegiatan reproduksi akan berlangsung. Banyak faktor
yang mempengaruhi peristiwa ini, yang secara garis besarnya dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu yang timbul dalam diri ikan itu sendiri (faktor
internal) dan yang berasal dari lingkungannya (faktor eksternal). yang termasuk
faktor internal antara lain jenis ikan dan hereditasnya, makanan dan faktor
fisiologiknya.
3.4 Pemijahan
Pada pemijahan ikan-ikan yang biseksual, persatuan
sel telur dengan sperma bisa terjadi dengan dua cara. Cara pertama yaitu sel
telur bersatu dengan sperma di luar tubuh induk (fertilisasi eksternal).
fertilisasi eksternal ini dilakukan misalnya oleh ikan-ikan yang termasuk famili
Cyprinidae, Anabantidae, dan Siluridae. Cara yang kedua yaitu sel telur bersatu
dengan sperma di dalam tubuh induk (Fertilisasi internal). Cara ini dijumpai
pada ikan-ikan subklas Elasmobranchii dan juga sebagian kecil golongan
teleostei (misalnya Anablepidae dan Poeciliidae). Untuk fertilisasi internal,
beberapa alat digunakan oleh ikan pada waktu melakukan kopulasi seperti
gonopodium, myxopterygium dan tenaculum.
Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina
(fekunditas) umumnya jauh lebih banyak pada ikan-ikan yang melakukan
fertilisasi eksternal dibandingkan dengan ikan-ikan yang melakukan fertilisasi
internal. Hal ini merupakan adaptasi terhadap kecilnya peluang bertemunya sel
telur dan sperma di luar tubuh.
Berdasarkan tempat embrio berkembang, terdapat tiga
golongan ikan yaitu ovipar, vivipar dan ovovivipar. Golongan ovipar adalah
golongan ikan yang mengeluarkan telur pada waktu pemijahan, sedangkan golongan
vivipar dan ovovivipar adalah ikan-ikan yang melahirkan anak-anaknya. Pada
golongan ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur untuk
memenuhi kebutuhan anak ikan dan induk ikan bisa dikatakan hanya menyediakan
tempat perlindungan. Pada golongan vivipar, kandungan telur sangat sedikit dan
perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan plasenta pada tahap awal
untuk mencukupi kebutuhan makanannya. Anak ikan yang dilahirkan oleh golongan
ikan vivipar, sudah hampir menyerupai induk dewasa.
3.5 Pembuahan (fertilisasi)
Pembuahan adalah bersatunya oosit (telur) dengan
sperma membentuk zigot. Pada proses
pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti
ini masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu sel
(haploid).
Hanya satu sperma yang dibutuhkan untuk membuahi
satu sel telur (monosperm). Meskipun berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada
saat pemijahan dan menempel pada sel telur tetapi hanya satu yang dapat
melewati mikrofil, satu-satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala
spermatozoa menerobos mikrofil dan bersatu dengan inti sel telur, sedangkan
ekornya tertinggal pada saluran mikrofil tersebut dan berfungsi sebagai sumbat
untuk mencegah spermatozoa yang lain masuk.
Cara lain yang digunakan sel telur mencegah sperma
lain masuk adalah terjadinya reaksi kortikal mikrofil menjadi lebih sempit dan
spermatozoa yang bertumpuk pada saluran mikrofil terdorong keluar. Reaksi
korteks juga berfungsi membersihkan korion dari spermatozoa yang melekat karena
akan mengganggu proses pernafasan zigot yang sedang berkembang.
Ada beberapa hal yang mendukung berlangsungnya
pembuahan yaitu spermatozoa yang tadinya tidak bergerak dalam cairan plasmanya,
akan bergerak setelah bersentuhan dengan air dan dengan bantuan ekornya,
bergerak ke arah telur. Selain itu, telur mengeluarkan zat gimnogamon yang
berperan menarik spermatozoa ke arahnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini dapat di simpulkan bahwa:
1. Reproduksi adalah kemampuan individu
untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau
kelompoknya.
2. Perkembangan gamet jantan dan betina
diawali dengan pembelahan mitosis kemudian pembelhana miosis untuk membentuk
gamet yang haploid.
3. Spermatozoa bersifat immotile dalam
cairan plasmanya, dan akan bergerak apabila bercampur dengan air.
4.2 Saran
Untuk menjaga ekosistem perairan, maka diharapkan bagi masyarakat agar
dapat menjaga kondisi lingkungan dengan baik. Terutama menjaga kualitas air
budidaya di tambak sebaik mungkin dan menghindari penggunaan bahan – bahan
kimia beracun yang dapat merusak kualitas air.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. “Bahan Ajar Mata Kuliah Ichtiologi”. Universitas Hasanuddin
Makasar: Makasar.
Amri, Khairul; Khairuman. 2008. “Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi”.
PT. AgroMedia Pustaka : Jakarta.
Effendi, Irzal. 2009. “Pengantar Akuakultur”. Penebar Swadaya : Jakarta.
Fujaya, Yushinta. 2004. ”Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknik
Perikanan)”. PT. Rineka Cipta : Jakarta.